Tafsir Imam Syafi'i
Penulis : Syaikh Ahmad Musthafa
al-Farran
Penerjemah : Fedrian Hasmand, Fuad S.N.,
Ghafur S., Arya N.A.
Editor : Tim Almahira
Editor : Tim Almahira
Proofreader : Syarqy Aziz, Inda Hamidah
Muthala'ah oleh : M. Abdul Ghoffar
Desain sampul : Afra' Graphic Studio
Penataletak : Taufik Sholehuddin, Andre
Nurwidodo Hartono
Cetakan 1, Februari 2008
Cetakan 1, Februari 2008
Ukuran : 18 x 28 cm.
Jilid : 3 jilid
Keistimewaan Tafsir Imam Syafi'i
Jika Imam Syafi'i menafsirkan suatu ayat, seakan-akan dia menyaksikan
langsung proses turunnya ayat tersebut. Oleh karena itu, jika kita cermati
secara saksama, Tafsir Imam Syafi'i memiliki banyak keistimewaan, di antaranya:
1.
Tafsir terkemuka yang
paling dekat masanya dengan masa tabi'in dan tabi'ut tabi'in.
2.
Tidak ada ruang sedikit
pun bagi kisah-kisah Israiliyat.
3.
Tafsir pertama yang
menyinggung dan menjelaskan masalah khusus dan umum, mutlak dan muqayyad, yang
terdapat di dalam nash-nash al-Qur'an, yang dihubungkan dengan hadis-hadis Rasulullah
saw.
4.
Kefasihan dan kemudahan
gaya bahasa yang digunakan disertai penjelasan yang detail, sehingga memudahkan
para pembaca untuk memahaminya.
5.
Dalam menafsir ayat
non-hukum, Imam Syafi'i menggunakan kalimat singkat.
6.
Dalam menjelaskan
masalah-masalah cabang (furu'iyah) yang berkenaan dengan ayat-ayat hukum, Imam
Syafi'i memberi penjelasan panjang lebar.
7.
Sandaran Imam Syafi'i
pada tafsir ayat sebagai dalil bagi pendapatnya yang berkenaan dengan
kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip dalam mazhabnya.
8.
Imam Syafi'i konsisten
dalam bersandar pada mazhab salaf dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan
dengan akidah.
9.
Dalam menafsirkan ayat,
Imam Syafi'i berpedoman pada sumber-sumber berikut secara berurutan:
o
Tafsir al-Quran
menggunakan al-Quran
o
Tafsir al-Quran dengan
menggunakan hadis
o
Tafsir al-Quran dengan
menggunakan Ijma'
o
Tafsir al-Quran dengan
menggunakan Qiyas
o
Tafsir al-Quran dengan
menggunakan pendapat para sahabat
o
Tafsir al-Quran dengan
menggunakan pekataan para tabi'in dan imam
o
Tafsir al-Quran dengan
menggunakan bahasa Arab dan gaya bahasanya.
Syaikh Abu Zahrah telah mensinyalir langkah-langkah ini secara
tidak berurutan. Dia mengatakan, "Imam Syafi'i telah menempuh jalan lurus
tersebut, dia menggunakan al-Quran dan as-Sunnah untuk menetapkan suatu hukum.
Jika as-Sunnah tidak ditemukan, dia akan menggunakan alat bantu dari perkataan
sahabat, baik yang menyangkut hal-hal yag disepakati maupun yang
diperselisihkan. Kalau tidak menemukan perkataan sahabat, dia menggunakan alat
bantu sastra dan bahasa Arab, logika, dan qiyas."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar